Dunia, San Fransisco— Salah satu pendiri perusahaan raksasa teknologi, Google, Sergey Brin, turut berunjuk rasa bersama ratusan demonstran di bandara internasional San Francisco.

Seperti dilansir USA Today, Ahad, 29 Januari, Brin yang merupakan imigran di Amerika Serikat, menentang larangan sementara terhadap pengungsi dan warga dari tujuh negara Muslim yang diteken Presiden Donald Trump untuk memasuki Negeri Abang Sam.

Para demonstran membawa poster bertuliskan “Nenek moyang saya beruntung” dan “Satu Bumi, Satu Rakyat, Satu Cinta.” Saat jumlah demonstran membengkak hingga sekitar seribu orang, akses kendaraan menuju terminal kedatangan internasional pun terhalang.

“Orang tua saya datang dari Iran sebelum saya lahir,” kata Samin Nosrat, 37 tahun, salah seorang demonstran kepada San Francisco Chronicle. “Saya anak pengungsi. Jika mereka dilarang masuk, saya tidak tahu bagaimana nasib saya.”

Buzz Frahn, salah seorang pengacara imigrasi dari Palo Alto Palo Alto merupakan salah satu yang turut berdemonstrasi sekaligus membantu imigran yang terjebak di dalam bandara.

Sedikitnya lima orang yang ditahan otoritas bandara San Fransisco berasal dari Iran.

Dalam pernyataannya, Wali Kota San Francisco Ed Lee menyebut larangan ini “menjijikkan.”

"Sebagai anak imigran Cina, saya sangat jijik oleh perintah Presiden yang membidik komunitas Muslim dan melarang imigran memasuki Amerika Serikat.”

Dalam memo kepada staf, Direktur Google Sundar Pichai menyatakan larangan ini mempengaruhi 200 stafnya.

Protes terhadap aturan ini juga dilontarkan petinggi perusahaan raksasa teknologi seperti Facebook, Apple, Microsoft, Uber dan Netflix, karena berdampak pada karyawan mereka.
“Kita menerima manfaat dari pengungsi dan imigran yang datang ke AS,” kicau Direktur Twitter  Jack Dorsey.

USA TODAY | SAN FRANSISCO CHRONICLE | SITA PLANASARI AQUADINI

Baca:

Keturunan Imigran, Bos Facebook Kritik Aturan Donald Trump