Nasional PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) meluncurkan Satelit Telkom 3S dari Kourou, French Guiana pada 14 Februari waktu setempat atau 15 Februari 2017 waktu Indonesia Barat. Satelit Telkom 3S sangat strategis bagi Indonesia karena  mampu  menghubungkan seluruh wilayah Indonesia yang didominasi pulau-pulau sekaligus menegakkan kedaulatan digital NKRI.

Peluncuran Satelit Telkom 3S ini menjadi momentum bagi Telkom untuk mengurangi ketergantungan sewa satelit asing. Pasalnya, meski sudah memiliki dua satelit eksisting, yakni Satelit Telkom 1 dan Satelit Telkom 2, Telkom masih memerlukan tambahan kapasitas, sehingga harus menyewa lagi dari satelit asing. Karenanya, peluncuran satelit Telkom 3S ini bertujuan untuk menambah kapasitas.

Direktur Network, IT, & Solution Telkom Abdus Somad Arief memprediksi kebutuhan bandwidth satelit terus meningkat, walaupun jaringan tulang punggung pita lebar berbasis serat optik terus dibangun Telkom, operator lainnya, bahkan Negara, melalui proyek Palapa Ring.

Menurut catatan Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), saat ini Indonesia masih kekurangan sekitar 100 transponder satelit, baik untuk telekomunikasi maupun penyiaran nasional.  Guna memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia harus menggunakan satelit asing. Tidak kurang dari 50 satelit asing footprint-nya masuk wilayah kedaulatan Indonesia dibandingkan satelit milik perusahaan Indonesia yang hanya 10 persen.

Meski Satelit Telkom 3S tidak digunakan langsung oleh end-user, satelit ini merupakan jaringan backbone atau pendukung jaringan seluler dan serat optik. Cakupan satelit sangat luas dan memperkuat pengiriman jaringan telekomunikasi kepada masyarakat. Dengan kata lain, sistem komunikasi satelit merupakan solusi komunikasi yang tepat bagi Indonesia sekaligus sebagai pemersatu wilayah Nusantara.  

Secara fisik, Telkom 3S memiliki bobot 3,5 ton. Satelit ini dibuat bersama dengan Thales Alenia Space asal Prancis.  Satelit Telkom 3S akan menempati slot orbit 118 derajat bujur timur. Posisinya kira-kira di atas Kota Makassar. Untuk Indonesia, posisi ini boleh dikatakan ideal karena di tengah-tengah kepulauan Indonesia.

Keuntungan posisi tersebut adalah seluruh bandwidth yang disediakan Satelit Telkom 3S akan dapat ditangkap merata di seluruh Tanah Air dan dengan power yang cukup besar. Sangat berbeda dengan bandwidth yang ditawarkan dari satelit asing, memang lebih murah namun karena orbit satelitnya relatif jauh dari Indonesia, power sinyalnya kecil sehingga kualitas bandwidth yang disediakan juga tidak sebagus satelit-satelit milik Telkom khususnya Satelit Telkom 3S.

Kehadiran Satelit Telkom 3S akan membuat slot orbit 118° Bujur Timur yang ditempatinya menjadi optimal karena membawa transponder yang bermain di Standard C-Band, Extended C-band, Ku-band, dan Extended Ku-band. “Ini artinya semua spektrum di slot itu kami optimalkan,” ujar Abdus Somad Arif. Ketersediaan infrastruktur satelit milik Indonesia tentunya akan lebih meningkatkan kehandalan layanan telekomunikasi dan yang terpenting menegakkan Kedaulatan Digital NKRI.

Masa operasi Satelit Telkom 3S mencapai 18 tahun. Adapun kapasitasnya terdiri atas 24 transponder C-Band (24 TPE), 8 transponder extended C-Band (12 TPE), dan 10 transponder Ku-band (13 TPE). Kelebihan dari transponder Ku-Band, mampu memberikan layanan dengan bit-rate lebih tinggi, sehingga menghasilkan kualitas komunikasi yang lebih baik untuk  melayani siaran televisi berkualitas tinggi (High-Definition Television), layanan komunikasi seluler, serta broadband internet.

INFORIAL